Jumat, 16 Desember 2022

APLIKASI KPK DAN FPB

Kelipatan Persekutuan Terkecil atau KPK dan Faktor Persekutuan Terbesar atau FPB adalah salah satu materi dalam ilmu matematika yang sudah dikenalkan mulai dari sekolah dasar. Materi FPB dan KPK sering sekali muncul dalam soal-soal ulangan ataupun ujian. Bahkan sampai ke Ujian CPNS pun pengaplikasian materi FPB dan KPK terkadang masih muncul juga.

 


Di sini saya tidak akan membahas tentang materi FPB dan KPK namun, hanya sekedar sharing aplikasi sederhana saja yaitu menentukan FPB dan KPK dengan menggunakan MS. Excel. Tujuan aplikasi sederhana ini hanyalan semata mata untuk mempercepat hitungan untuk teman teman guru saja, dan semoga aplikasi ini bisa bermanfaat.

Bagi yang ingin mencoba aplikasi ini bisa mengunduh dari link di bawah :



Minggu, 20 November 2022

Koneksi Antar Materi Modul 1.1 dan 1.2


1. Peristiwa

Peristiwa atau momen yang berarti bagi saya adalah ketika saya pertama kali melakukan pembelajaran secara mandiri dengan alur merdeka yang diperkenalkan pada pembelajaran di guru penggerak yaitu mulai dari mulai mengenali diri sendiri,eksplorasi konsep sampai melakukan aksi nyata. Pada eksplorasi konsep pemikiran KHD saya mengatahui bahwa peserta didik adalah ibarat benih tanaman yang siap diolah karena memiliki potensi yang telah ada didalamnya. Sehingga guru hanya dapat memberikan arahan, tuntunan, peserta didik ini berkembang sesuai dengan kodrat alamnya dan kodrat zamannya. Dari sinilah saya sadar bahwa menjadi seorang guru mempelajari nilai dan peran peran guru penggerak.
 
Kaitan antara Modul 1.1. dengan Modul 1.2 adalah, bahwa dalam kegiatan menuntun siswa mencapai kebahagiaan dan keselamatannya ini, seorang guru pengerak harus memiliki nilai nilai baik sehingga apapun yang dilakukan kepada murid itu harus mampu berpihak pada murid, mampu berkolaborasi dengan siapapun  untuk pendidikan, mampu berinovasi, mandiri dan reflektif. Mengejakan tugas secara kolaborasi dan dilakukan secara daring menjadi hal yang menantang, bahwa seorang guru adalah bukanlah manusia super, namun manusia sosial yang masih memerlukan bantuan orang lain. Di saat yang sama, guru berkolaborasi yang dilakukan antar peserta CGP yang dilakukan interaksi secara daring, guru pengeerak disini dituntut untuk belajar mandiri belajar menjalankan perangkat IT, membuka laman LMS dan mengerjakan berbagai tugas secara mandiri. Dengan jarak dan ruang bukanlah penghalang untuk melakukan kolaborasi menghasilkan suartu karya

 

2. Perasaan

Saya bersyukur sudah menjadi bagian dari pendidikan guru penggerak. Dalam rangka membentuk siswa menjadi apa sesuai keinginan kita dan kita paksakan untuk terus berlatih dan belajar sesuai kehendak guru adalah sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan oleh guru. Hal yang terkait dengan prestasi, nilai yang bagus adalah akan berbeda satu dengan yang lainnya. Sebagai guru hanya menuntun perkembangan siswa, guru harus membuat pembelajaran yang menyenangkan, menjadi pemimpin pembelajaran. guru bukan pusat pembelajaran tapi muridlah yang menjadi pusat pemebelajaran, berorientasi pada murid. Saya segera membuat kelompok kelompok diskusi siswa dikelas agar mereka bisa belajar berkolaborasi, menghargai sesama dan menumbuhkan kepemimpinan siswa. Prestasi siswa bukan hanya meraih peringkat kelas atau rangking, lebih dari itu prestasi yang tertinggi adalah mampu melakukan apa yang sebelumnya tidak bisa dilakukan, mengeluarkan kemampuan yang dimiliki siswa dengan arahan atau tuntunan dari guru. Kegiatan pengalaman yang berkesan dan peran guru yang benar terhadap siswa, bagaimana cara mengevaluasi dan memaknai setiap kegiatan yang saya lakukan dengan berdiskusi, mandiri, mampu berinovasi dan berefleksi ini harus saya bagikan ke teman sejawat, kepala sekolah dan rekan rekan dikomunitas saya


3. Pembelajaran

Selama ini saya melakukan pembelajaran di kelas mengutamakan prestasi siswa berdasarkan nilai yang diperoleh oleh siswa selama mengerjakan tugas atau nilai-nlai ulangan saja, keberagaman potensi dan kemauan siswa hamper tidak terfikir. Setelah mempelajari pemikiran KHD berkaitan dengan “menghamba” kepada peserta didik,  penerapan pembelajaran seharusnya yang berpihak dan berpusat pada murid sesuai pemikiran KHD. Dalam kegiatan pembelajaran saya di sekolah adalah melakukan model pembelajaran yang mengakomodasi pada gaya belajar peserta didik. Hal yang makin menguatkan saya adalah bagaimana melakukan kolaboratif, berdiskusi dengan teman sejawat dengan melakukan pembimbingan pada guru lain. Walaupun kata-kata mandiri, inovasi, eksplorasi, kolaborasi maupun reflektif ini sudah sering saya dengar namun saya belum begitu paham bagaimana penerapan nya dalam pembelajaran.Setelah mengikuti modul 1.2 nbarulah memahami apa dan bagaimana menerpakan nilai nilai Guru penggerak ini. Sesuai dengan nilai nilai dan peran sebagai guru penggerak untuk saya kembangkan lagi apa yang telah saya lakukan dan rencana apa yang akan saya lakukan.


4. Penerapan Ke Depan (Rencana)

Rencana ke depan :

  1. Saya harus selalu mempunyai pemikiran selalu bergerak untuk selalu menggali, mengembangkan dan menerapkan berbagai macam disiplin belajar yang semata-mata hanya untuk mengarahkan siswa menjadi insan yang berjiwa Pancasila, sehingga siswa tergerak untuk selalu mengikuti kegiatan belajar dengan perasaan yang nyaman, aman, dan senang selama proses pembelajaran maupun selama berada di sekolah, sehingga bisa menggerakkan keinginan dan kemampuan siswa dengan cara menuntun, mengarahkan, membina, memberi informasi yang baik. 
  2. Berusaha mengeksplorasi pengetahuan saya sebagai guru melalui Latihan baik daring maupun luring, bertukar pendapat dan pengalaman antar sesama rekan sejawat. 
  3. Berusaha melayani kebutuhan siswa dalam kegiatan pembelajaran, menyediakan alat dan bahan belajar, menuntun dan mengarahkan siswa hanya sebatas mereka agar tidak kehilangan arah dalam mempersiapkan diri menyongsong kehidupan masa mendatang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman kelak. 
  4. Tetap bekerja sama dan berkolaborasi dengan rekan sejawat untuk bersama sama meraih kebaikan bagi anak didik, baik itu pembuatan media pembelajaran, metode pembelajaran atau hal lain yang mendukung proses menuntun anak dan kepentingan anak didik.  
  5. Memberikan pendampingan kepada sesama guru dengan memberikan coach terkait media pembelajaran interaktif yang murah. Saya akan tetap mengembangkan dan membuat media pembelajaran baik itu video pembelajaran atau aplikasi interaktif . agar pembelajaran menyenangkan dan bermakna. Juga membuat metode pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa dan pembelajaran yang berpusat pada murid


 

SEMOGA BERMANFAAT 

Minggu, 06 November 2022

Rangkuman Modul 1.1.a.8. Koneksi Antar Materi – Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1


Penulis : Sutarlan
Dipublikasikan : 5 November 2022

Assalamualaikum Warrahmatullahi  Wabarakatuh

Perkenalkan, nama saya Sutarlan, S.Pd. Saya adalah CGP Angkatan 7 dari UPTD SD Negeri Kampao Kecamatan Blega Kabupaten Bangkalan Jawa Timur. Pada kesempatan kali ini perkenankan saya akan menyampaikan kesimpulan dan refleksi terhadap materi pelatihan CGP modul 1.1 tentaang pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara.

Sejak Zaman Kolonial Ki Hajar Dewantara sudah terkenal dengan perjuangan dalam memajukan Pendidikan anak-anak Bangsa, Sehingga Ki Hajar Dewantara mendapat sebutan Bapak Pendidikan Indonesia yang kita peringati setiap tanggal 2 Mei, sama persis lahir beliau pada tanggal 2 Mei 1889. Pemikiran-pemikiran beliau tentang Trilogi pendidikan, yaitu Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani sedikit banyak mempengaruhi perkembangan pemikiran pendidikan di Indonesia sejak dulu hingga kini.

Berikut uraian yang bisa sampaikan dari beberapa pertanyaan yang ada pada Modul 1.1.a.8.


1.    
Apa yang Anda percaya tentang murid dan pembelajaran di kelas sebelum Anda  mempelajari modul 1.1?

Sebelum mempelajari modul 1.1 mengenai Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional – Ki Hajar Dewantara, sebagai guru saya meyakini beberapa hal sebagai berikut:

  • Pendidikan sama dengan Pengajaran
  • Guru adalah aktor utama kegiatan pembelajaran
  • Siswa harus mengikuti semua kegiatan pembelajaran yang sudah ada di sekolah.
  • Sebagai guru, saya beranggapan bahwa siswa harus bisa semua sesuai apa yang saya ajarkan. Saya harus bisa mentransfer ilmu apa yang saya miliki sesuai buku pentujuk guru kepada peserta didik saya secara klasikal (ceramah, diskusi, dan tanya jawab). Saya menganggap siswa tidak akan mengerti apabila materi pelajaran tidak saya jelaskan terlebih dahulu sampai habis.
  • Peserta didik dikatakan telah tuntas belajarnya apabila siswa itu sudah bisa mengerjakan soal atau tugas atau asesmen sesuai dengan kompetensi dasar yang tertera di kurikulum serta nilainya sudah mencapai KKM
  • Kegiatan belajar selalu dilaksanakan di dalam kelas
  • Tugas yang diberikan kepada siswa selalu sama, tanpa mempertimbangkan keragaman potensi peserta didik
  • Pemberian sanksi/hukuman kepada peserta didik dapat mengubah perilaku mereka ke arah yang lebih baik
  • Sering membandingkan siswa yang satu dengan lain pada materi pelajaran yang sama

2.    2. Apa yang berubah dari pemikiran atau perilaku Anda setelah mempelajari modul ini? 

Setelah mengikuti dan membaca Modul 1 tentang Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara ini, banyak hal yang saya pelajari tentang konsep Pendidikan dan Filosofi Pemikiran Ki Hajar Dewantara ini. Pengajaran itu ternyata tidak sama dengan pendidikan. Pengajaran (onderwijs) itu merupakan salah satu bagian dari pendidikan. Maksudnya, pengajaran itu tidak lain adalah pendidikan dengan cara memberi ilmu atau berfaedah untuk hidup anak-anak, baik lahir maupun batin Untuk mecapai tujuan Pendidikan ini maka salah satu cara nya adalah dalam bentuk pengajaran kepada siswa, belajar menuangkan potensi anak sesuai kodrat alam siswa  dan kodrat zaman yang akan dilalui oleh siswa. Pendidikan diartikan sebagai tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak, maksudnya pendidikan menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Hidup tumbuhnya anak terletak di luar kecakapan atau kehendak kita sebagai kaum pendidik. Anak-anak adalah makhluk, manusia, dan benda hidup, sehingga mereka hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Kita kaum pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan-kekuatan kodrat itu, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya itu. Seperti Ki Hajar Dewantara ibaratkan bahwa Pendidikan itu adalah tempat persemaian benih benih kebudayaan. Selanjutnya, lembaga sekolah diibaratkan lahan kebun atau lahan pertaniannya, kaum pendidik sebagai petani atau tukang kebunnya, sedangkan siswa sebagai benih padi atau tanaman lainnya. Sebagai pendidik hanya dapat menuntun tumbuhnya padi tersebut, kita dapat memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman padi, memberi pupuk dan air, membasmi pengganggu tanaman padi ini seperti hama, ulat-ulat atau jamur-jamur yang mengganggu hidup tanaman padi dan lain sebagainya, tetapi kita tidak dapat mengganti kodrat-nya padi. Kita tidak bisa memaksa padi itu tumbuh seperti jagung, atau padi berbuah kedelai, misalnya.

Sebagai pendidik kita harus bersikap selalu terbuka akan tetapi tetap waspada terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada anak maupun perubahan perubahan kemajuan tehnologi. Pada dasarnya anak bukanlah kertas kosong yang bisa digambar sesuai dengan keinginan orang lain, pendidik ataupun orang dewasa  tetapi anak sudah membawa kekuatan atau kodratnya yaitu kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam anak berbeda-beda. Kodrat alam anak yang tinggal di pegunungan akan beda kodratnya dengan anak yang tinggal di pesisir pantai. Mereka akan memiliki potensi, bakat dan minat yang berbeda. Maka kita harus menyadari bahwa setiap anak itu beragam dan mempunyai keunikan sendiri-sendiri. Sedangkan kodrat zaman berhubungan dengan zaman yang dialami oleh peserta didik pada saat pengajaran atau pendidikan berlangsung. Untuk pendidikan saat ini, para pendidik harus menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki keterampilan abad ke 21 (creative, critical thinking, collaboration, communication)

Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa ada 3 prinsip untuk melakukan perubahan atau sering disebut 3 asas Trikon, diantaranya yaitu: Kontinuitas, konvergensi, dan konsentris. Kontinuitas maksudnya adalah ketika belajar kita harus berkelanjutan. Kita tidak boleh melupakan budaya dan sejarah dalam melakukan perubahan. Konvergensi maksudnya adalah pendidikan harus memanusiakan manusia dan memperkuat nilai kemanusiaan kita. Dan yang terakhir adalah konsentris maksudnya adalah pendidikan harus menghargai keberagaman dan memerdekakan pembelajar. Jadi jelas sekali terlihat bahwa pendidikan itu memerdekakan.

Sebagai penegasan dari uraian filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara ini adalah bahwa tujuan pendidikan utama adalah bagaimana pendidikan mampu membuat anak memiliki budi pekerti yang baik. ‘Budi pekerti’ atau ‘watak’ diartikan sebagai bulatnya jiwa manusia. Orang yang mempunyai kecerdasan budi pekerti yang luhur dan baik akan senantiasa memikirkan dan merasakan serta memakai ukuran, timbangan dan dasar-dasar yang pasti dan tetap. Watak atau budi pekerti bersifat tetap dan pasti pada setiap manusia, sehingga kita dapat dengan mudah membedakan orang yang satu dengan yang lainnya. Budi pekerti, watak, atau karakter merupakan hasil dari bersatunya gerak pikiran, perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Melalui pendidikan, saya dan kita semua berharap bahwa anak-anak murid kita nantinya bisa bertumbuh menjadi sebaik-baiknya manusia yang memiliki adab dan berbudi pekerti yang baik.
3.    Apa yang dapat segera Anda terapkan lebih baik agar kelas Anda mencerminkan pemikiran KHD?
Hal-hal yang coba saya terapkan agar kelas saya mencerminkan Ki Hajar Dewantara adalah sebagai berikut.

Pertama, saya harus mengubah pila piker diri saya yang tadinya berfikir bahwa anak itu adalah selembar kertas kosong yang tidak/belum tahu apa-apa, belum mempunyai potensi atau kemampuan, saya harus meyakinkan diri saya bahwa setiap anak lahir sudah lengkap dengan potensinya masing-masing, mempunyai kemampian masing masing yang lain dengan orang lain, meskipun masih terlihat samar. Saya harus lebih peka membaca dan mengenali setiap potensi anak yang saya didik agar pengajaran dan pendidikan yang saya berikan nantinya, baik metode maupun bahan ajar bisa betul-betul diterima oleh semua anak dan bisa menggali potensi anak seoptimal mungkin.

Kedua, saya mencoba menciptakan suasana kelas yang menyenangkan. Hal ini sejalan dengan kodrat anak yang senang bermain. Kita bisa mengkolaborasikan asiknya permainan ke dalam kegiatan pembelajaran, atau bisa juga belajar sambil bermain. Misalnya dengan melakukan permainan mencari factor pembetuk bilangan yang tersedia dengan diiringi tepuk tangan atau bernyanyi.

Ketiga, saya juga harus mengubah model pembelajaran dari yang berpusat pada guru diubah menjadi pembelajaran yang berpusat pada anak. Memberikan ruang, kesempatan, dan fasilitas seluas-luasnya agar anak mampu berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran. Saya sebagai pendidik, menempatkan diri saya sebagai fasilitator yang menuntun anak agar ia mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Di akhir pembelajaran penting bagi saya untuk melakukan refleksi diri dan memberikan penguatan terhadap materi-materi konseptual agar anak tidak mengalami kesalahan konsep berpikir anak. Selain itu, melalui pembelajaran yang berpusat pada anak harapan saya bisa memberikan keterampilan abad 21 mereka.

Keempat, sebagai wujud dari tujuan pendidikan yang utama yaitu anak yang tumbuh menjadi orang yang bertaqwa dan berbudi pekerti yang baik atau berakhal mulia, bisa bekerja sama dengan orang atau gotong royong, terbuka pikiran tentang budaya daerah lain namun tetap menjunjung kebudayaan Indonesia yang luhur, lokalitas dan beridentitas,  mampu berfikir kritis, mandiri, sehinga tidak hanya kompeten dari segi akademis saja. Saya sebagai guru yang harus bisa digugu dan ditiru, selain memberikan nasihat dan arahan, harus bisa juga memberikan teladan yang baik, perbuatan maupun perkataan. Jadi anak tidak hanya melakukan apa yang saya katakan, tapi harapannya anak mampu meneladani perilaku-perilaku baik yang saya contohkan. Selain sebagai upaya memotivasi anak agar berbudi pekerti baik, ini juga bisa jadi tantangan untuk saya bagaimana caranya agar saya bisa konsisten memberikan keteladanan yang baik.

Sebagai akhir dari uraian saya, saya berharap saya selalu bisa menjalakan trilogy Pendidikan dari filosofi semboyan Ki Hajar Dewantara, yaitu Ing Ngarso Sung TulodoIng Madyo Mangun, Tut wuri Handayani. Saya bisa memberikan teladan bagi setiap anak didik saya, saya juga bisa jadi teman yang memberikan semangat, ide dan gagasan, serta bisa memberikan dorongan moral, memotivasi agar siswa selalu semangat belajar.
Demikian kesimpulan dan refleksi terhadap materi pelatihan CGP modul 1.1 tentang pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara yang bisa saya sampaikan. Terima  kasih saya sampaikan kepada para pembaca, tentunya kritik dan saran dari para pembaca tetap saya nantikan sebagai bahan atau bekal dari tulisan saya selanjutnya.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh